TUGAS MAK
MORFOLOGI KABUPATEN BLORA
Menurut Spiro Kostof 1991, kota adalah leburan dari bangunan dan penduduk, sedangkan bentuk kota pada awalnya adalah netral tetapi kemudian berubah karena dipengaruhi dengan budaya tertentu. Terdapat dikotomi bentuk perkotaan yang didasarkan pada bentuk planned dan unplanned. Bentuk planned (terencana) dapat dijumpai pada kota-kota Eropa abad pertengahan dengan pengaturan kota yang selalu regular dan rancangan bentuk geometri. Bentuk unplanned (tidak terencana) banyak terjadi pada bentuk kota-kota metropolitan, dimana satu segmen kota berkembang secara spontan dengan bermacam-macam kepentingan yang saling mengisi, sehingga akhirnya kota akan memiliki bentuk semaunya dan tanpa aturan. Terdapat beberapa pandangan yang berkaitan dengan perubahan suatu kawasan dan sekitarnya sebagai bagian dari suatu kawasan perkotaan yang lebih luas, menurut Gallion dalam bukunya ”The Urban Patterni” disebutkan bahwa perubahan suatu kawasan dan sebagian kota dipengaruhi letak geografis suatu kota. Hal ini sangat berpengaruhan hubungan antar kota, maka kota akan cepat tumbuh sehingga beberapa elemen kawasan kota akan cepat berubah.
Dalam kaitannya dengan kota dan arsitektur, morfologi memiliki dua aspek yaitu aspek diakronik yang berkaitan dengan perubahan ide dalam sejarah dan aspek sinkronik yaitu hubungan antar bagian dalam kurun waktu tertentu yang dihubungkan dengan aspek lain. Aspek metamorfosis adalah sejarah individual dari bangunan dan kota kesemuanya harus dilakukan dalam analisis morfologi. Perubahan morfologi tidak lepas dari pendukung kegiatan karena adanya keterkaitan antara fasilitas ruang-ruang umum kawasan dengan seluruh kegiatan yang menyangkut penggunaan ruang yang menunjang keberadaan ruang-ruang umum.
Kabupaten Blora memiliki luas Wilayah keseluruhan 1.794,40 km ini terbagi menjadi 16 Kecamatan. Pertanian merupakan sektor utama perekonomian di Kabupaten Blora, pada sub sektor kehutanan, Blora adalah salah satu daerah utama penghasil kayu jati berkualitas di Jawa Tengah, kegiatan penduduk banyak terserap di lapangan usaha pertanian, mayoritas adalah petani yang menanam tanaman pangan. Untuk kegiatan pertanian, Blora lebih mengandalkan penanaman padi sawah tadah hujan dan palawija, jenis tanah yang berkapur dan sulit air menjadi kendala dalam meningkatkan produksi pangan terutama padi. Dengan kondisi seperti ini, alternatif lain yang dilakukan penduduk untuk bekerja adalah beternak sapi. Kabupaten Blora telah mengalami perubahan bentuk pada sebagian daerahnya karena banyak dipengaruhi oleh letak geografis Kabupaten Blora itu sendiri. Pada akhir abad ke 19 dan awal abad ke 20. Perlawanan petani Blora tidak lepas dari semakin memburuknya kondisi sosial dan ekonomi penduduk pedesaan pada waktu itu. Pada tahun 1882 pajak kepala yang diterapkan oleh Pemerintah Penjajah yang sangat memberatkan bagi pemilik tanah (petani).
Walaupun sampai sekarang masih banyak penduduk yang mata pencaharian utamanya adalah sebagai petani, tetapi sekarang penduduk Blora sudah banyak sekali mengalami kemajuan. Bayak dari masyarakat Blora yang melanjutkan pendidikan ke tingkat perguruan tinggi. Itu dapat dijadikan sebagai batu sandaran agar masyarakat lebih mampu lagi menyalurkan bakat dan daya kreatifitas yang dimiliki dibidang masing-masing yang diminati. Sehingga dengan demikian dapat menjadikan kemajuan Kabupaten Blora itu sendiri. Karena selain mendapat pendidikan yang lebih tinggi, masyarakat yang melanjutkan pendidikan sampai keperguruan tinggi itu juga memiliki pemikiran yang maju tidak seperti masyarakat lain yang hanya berpendidikan rendah. Dapat dibuktikan sekarang bahwa Kabupaten Blora telah mengalami bentuk perubahan kota yang lebih maju lagi. Jaman dulu, kebanyakan daerah Blora merupakan daerah hutan dan lahan pertanian. Sekarang sebagian daerah telah penuh dengan rumah-rumah penduduk juga telah dibangun pertokoan yang menyediakan segala sesuatu yang diperlukan oleh penduduk sekitar. Jadi mereka sudah dapat dengan mudah membeli barang-barang yang dibutuhkan karena tempat penjualnya sudah dibangun dibeberapa tempat dekat pemukiman.
Bentuk perubahan Kabupaten Blora merupakan bentuk unplanned (tidak terencana) banyak terjadi pada bentuk kota-kota metropolitan, dimana satu segmen kota berkembang secara spontan dengan bermacam-macam kepentingan yang saling mengisi, sehingga akhirnya kota akan memiliki bentuk semaunya yang kemudian disebut dengan organik pattern, bentuk kota tersebut secara spontan, tidak terencana dan memiliki pola yang tidak teratur dan non geometrik.
Sumber : http://www.pemkabblora.go.id/03_sejarah.php
Recent Comments